YOGYAKARTA – Dalam upaya memperkuat ekosistem desain industri di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kantor Wilayah Kementerian Hukum DIY melakukan kunjungan kerja ke Politeknik ATK Yogyakarta. Kunjungan ini difokuskan pada inventarisasi potensi kekayaan intelektual atas berbagai karya seni berbahan kulit yang dihasilkan oleh sivitas akademika kampus tersebut.
Kepala Kanwil Kemenkum DIY, Agung Rektono Seto menyatakan bahwa Politeknik ATK memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai salah satu pusat desain industri kerajinan kulit di Indonesia.
"Kami melihat produk-produk seperti dompet, sepatu, topi, dan aksesoris lainnya yang dihasilkan oleh mahasiswa dan dosen Politeknik ATK tidak hanya memiliki nilai estetika tinggi, tetapi juga nilai komersial yang menjanjikan. Oleh karena itu, perlindungan kekayaan intelektual menjadi hal yang sangat penting," ujarnya.
Agung menambahkan, pihaknya akan memberikan pendampingan intensif terkait pendaftaran hak cipta, hak merek, dan desain industri. Langkah ini diharapkan dapat mencegah plagiarisme sekaligus meningkatkan nilai ekonomi dari produk-produk kreatif tersebut.
"Dengan perlindungan KI yang kuat, karya-karya ini tidak hanya bisa bersaing di pasar nasional, tetapi juga go international," tegasnya.
Politeknik ATK Yogyakarta selama ini dikenal dengan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pengolahan kulit. Berbagai produk yang dihasilkan tidak hanya mengandalkan keterampilan tangan, tetapi juga didukung oleh riset dan teknologi tepat guna.
Yuli Suwarno, perwakilan dari Politeknik ATK, menyambut baik dukungan dari Kemenkum DIY.
"Kami siap berkolaborasi penuh karena kami yakin bahwa perlindungan kekayaan intelektual akan memajukan industri kulit di Yogyakarta. Dengan adanya pendampingan ini, karya-karya mahasiswa dan dosen kami bisa lebih dihargai dan memiliki daya saing yang lebih tinggi," ujarnya.
Dukungan Kemenkum DIY ini sejalan dengan visi Pemerintah Daerah untuk menjadikan Yogyakarta sebagai pusat ekonomi kreatif berbasis budaya dan kearifan lokal. Dengan adanya perlindungan KI, diharapkan dapat muncul lebih banyak pelaku usaha kreatif yang lahir dari kampus, sekaligus membuka lapangan kerja baru di sektor industri kulit.
Dengan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri, potensi desain industri berbasis kerajinan kulit di Yogyakarta diprediksi akan semakin berkembang, sekaligus memperkuat posisi DIY sebagai salah satu hub kreatif terkemuka di Indonesia.